Nampaknya
kekayaanmu bukan hanya sekedar mimpi. Kesekian kali ku melihat, kesekian kali jua
ku merasa kagum dan tertegun, terdiam, hanya bisa membayangkan, kapan sekiranya
aku bisa berkeliling mengambil makna di setiap penciptaan.
Ku
tulis kembali setiap bait ungkapan hati, ungkapan hati yang masih terbelenggu
dan belum terwarnai. Ku lihat kau hanya dari rangkaian cerita yang orang lain
suguhkan. Semua ku lakukan agar ku semakin mencintaimu, agar aku semakin
memahamimu, dan akhirnya aku mampu memelukmu.
Hanya
bisa bersyukur. Syukur karena rasa cinta ini telah tubuh, tumbuh menghiasi jiwa
yang tadinya gersang akan kebanggaan. Namun kini dia mulai tumbuh, tumbuh diantara
ketidakpedulian. Kebanggaan yang tumbuh di tengah jiwa yang hampir kandas akan
tujuan.
Kini
semua berbeda. Harapan kini semakin luas adanya. Aku tak mau hidup hanya
memikirkan besok ingin makan apa, besok biaya anak sekolah bagaimana, besok dan
besok, sungguh aku tak mau. Ku berharap itu sudah terpenuhi, tak perlu menjejali
ruang hati, dan aku bisa terus berbakti.
Mungkin
ku terlalu berani mengungkap setiap asa, padahal langkah ku kini masih buruk
adanya. Mengurus diri sendiri saja belum selesai. Hidup masih sibuk dengan
urusan pribadi, belum bisa mandiri, maka mana mungkin bisa berdarma bakti.
Aku
yakin cerita akan dirimu tidaklah sederhana. Setiap lekukmu adalah serangkaian
buah hikmah. Hikmah yang akan didapatkan ketika mereka berani menyelami tanpa
perduli banyak orang mengingkari. Itulah yang membuatku kini berani bermimpi,
berani menulis setiap lembar target menuju pelukmu. Merangkai asa walau
terkadang banyak alasan untuk bisa berputus asa.
Maaf,
ketika ku terlalu banyak berceloteh lewat tulisan. Namun semuanya belum terukir
abadi dalam nisan. Ku harap semua tulisan ini mengingatkan ku kembali dikala
hati sedah lemah, dikala hati patah arah, dikala hati butuh akan beberapa
petuah. Mohon doakan selalu, agar aku segera dapat memelukmu dan membuat cerita
betapa besarnya rasa banggaku padamu.