Dua setengah
bulan, waktu yang sebentar bagi hati yang merindu. Saat itu, mungkin saat
terindah, dan ku menyesal tak sepenuhnya ku hayati semua.
Bagai angin yang
silih berganti dan meninggalkan kesan membelai tubuh. Begitu halnya dengan kau,
terasa baru sebentar, membelai tubuh, menyisakan kerinduan, dan kini berpisah
entah kemana.
Mungkin aku
nampak gila, terus bercerita, semoga saja kau tidak bosan mendengarnya. Betul
aku tidak bohong, kau menorehkan pesan yang sangat dalam, sampai saat ini,
setiap ku pandang setiap memori, walau terkadang hanya membuat sesak hati,
karena perpisahan itu telah terjadi.
Saat kau rangkul
aku dengan semua temanmu. Kau tarik setiap sudut bajuku. Tak mau, ku selalu
tinggalkan kau pergi, kau mengejar, dan kau selalu saja kembali, seakan tiada
kata letih. Senyum manis itu selalu ada, menghias hati yang lelah karena urusan
dunia.
Kau membuat
kesal, memang. Saat ku terangkan, kau selalu asik bertengkar. Tak
memperdulikan, itu selalu menjadi alasan bagiku menegurmu. Kau berlari, kesana
kesini, dan tak mengindahkan perasaan hati.
Tapi tak
mengapa, kesalku hanya dibibir, tak sampai hati. Hati selalu bangga dengan kau
yang berjuang dengan segala keterbatasan. Berjuang meraih asa ketika yang lain
sibuk berputus asa.
Teringat saat ku
pulang, sehabis mengajarmu sebait pelajaran kehidupan. Kau menghalau ku,
memaksa ku mendengar gurauanmu. Kau sebut dengan MOB, rakaian cerita lucu yang
terkadang ku tak paham apa isinya. Namun ku paksa bibir tertawa, supaya senyummu
selalu berbunga.
Terkadang saat pagi,
saat kami masih sulit walau sekedar membangkitkan tubuh sendiri. Suara mu sudah
terdengar. Berpakaian sekolah, berjalan sendiri, berusaha mencari rejeki dengan
keranjang kecilmu. Luar biasa, salut ku selalu terbesit walau tak pernah sampai
terucap.
Dan akhirnya
ketika tangismu menjadi penutup kisah. Kisah yang entah bersambung atau tidak.
Aku juga tak tau. Hanya air matamu dan langkah kecilmu yang selalu ku ingat.
Saat kapal itu terus berlaju, tak hanya memisahkan pandangan, namun senyum dan
juga hangat dekapanmu. Kini sudah tak terasa.
Kini hanya rindu
yang ada, hanya keluh kesah akan perpisahan. Ya sudah tak mengapa, hanya doa,
dan ku harap kau pula selalu berdoa. Supaya segera berjumpa. Yang penting kau
jaga, jangan lupa…
0 comments:
Post a Comment