Wednesday, August 17, 2016

Perbaiki Posisi dan Sudut Pandang

Mungkin terkadang, sebagian dari kita merasa, betapa susahnya hidup, betapa kerasnya rintangan yang dihadapi dalam setiap langkah penghabisan umur kita.

Memang tidak semua, tapi pastinya ada atau mungkin hanya terlintas sedikit dalam benak kita, dalam perenungan ataupun ketika rehat di setiap perjalanan.

Benarkah sesulit itu, benarkan hidup ini sekeras itu, apa mungkin kita saja yang terlalu mendramatisir, seakan-akan kita makhluk paling malam di dunia ini, paling susah segala keinginannya terkabul, atai segala-segala lainnya yang bahkan pada tingkatan parah yaitu ketika kita menyalahkan kehidupan ini...

Namun tidakkah kita melihat pelajaran-pelajaran yang berserakan di dunia ini. Sedikit hikmah, yang in syaa Allah bisa kita dapatkan ketika kita mau sedikit saja berfikir....

Pernahkan melihat pengendara vespa mogok di pinggir jalan. Dia perbaiki sampai betul, walaupun terkadang dia tahu bahwa sebentar lagi vespanya terkadang mogok lagi. Di lain waktu mungkin dia harus dorong vespa itu berpuluh-puluh kilometer jauhnya, saat vespa mogok di tempat yang jauh dari keramaian kota.

Coba saksikan, pastinya pengendara itu besoknya, ketika vespa sudah betul dia akan menggunakannya lagi.

Sunday, July 10, 2016

Aku Pulang Justru Bertumpuk Rindu

Jauh seorang pria melakahkan kaki, tak jarang onak dan tak jarang duri, silih berganti bagai ujian penguat pundak dan hati.

Bertumpuk rindunya, kala sepi datang menguji, seiring mata terpejam dan berhenti memanjakan diri.

Suatu hari, dimana butuh tempat singgah pengusir rindu, dia dapati tembok rumah sudah diam sunyi, genting pun tak bergeming, bahkan halaman bisu menuruti sunyi.

Dan dia hanya terdiam, duduk sendiri, memandang sekeliling sama saja membuka lembaran buku sejuta arti, waktu terus bergulir membelakanginya, sampai dia tak mampu melangkah maju, hanya bisa menuruti sang waktu.

Semakin terbuai dalam lamunan, semakin menyesal dia biarkan semua terjadi apa adanya, oh yang dulu ada, skarang dimana....

Waktu sungguh semakin tak berbaik hati... Baru terpejam sebentar, dia sudah sibuk beranjak lagi... Waktu memang tak akan sabar...

Ya sudah... Aku kan tetap pulang, walau sebentar ku kan tetap pulang... Walau pun pulang ntuk semakin menumpuk rindu...

Monday, May 9, 2016

Titik Fokus

Hidup, ilmuan bilang perpaduan antara pertumbuhan dan perkembangan. Prosesnya terus berlangsung sampai batas yang telah ditentukan.

Selayaknya sebuah proses, maka ada sub-sub proses yang menyusun proses inti yang berlangsung. Sub proses tersebut tentunya tak sejenis. Setidaknya ada dua jenis sub proses, yaitu sub proses yang cenderung mendukung dan sub proses yang cenderung menghambat.

Begitu juga kehidupan, banyak proses yang senantiasa membersamai. Namun dari sekian banyak proses pasti ada tujuan utama. Seperti halnya pertanyaan seorang guru, "apa cita-cita mu setelah sudah besar nak?" murid pun akan menjawab sesuai angan-angan akan utopia masa dengan yang diharapkan.

Ya tujuan akhir, apa sekiranya tujuan akhir kita? Setiap hari kita melihat, ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia hilir mudik, sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing.

Penulis suatu ketika sempat merenung, sebenarnya apa yang ada di pikiran orang-orang itu, apakah memiliki persepsi kehidupan yang sama dengan penulis atau mungkin berbeda?

Apakah mereka sering dilalaikan terhadap tujuan akhir, selayaknya yang sering penulis alami? Ataukah sebaliknya, ya itu hanya buah pikiran yang hanya sebatas lamunan penulis.

Tapi setidaknya kita harus tetap fokus, tentang tahu apa sebenarnya tujuan akhir, serta bagaimana kita mengakomodasi segala macam kemungkinan proses yang akan kita alami sekarang, nanti, dan hari-hari selanjutnya.

Hidup ini sepertinya seperti suatu garis yang berbentuk spiral, semakin lama semakin terpusat ke titik tengah. Namun ini bukan garis spiral yang terbentuk dari garis yang saling menyambung, spiral ini tersusun atas titik-titik yang saling berbaris sehingga membentuk pola spiral.

Kita anggap titik itu adalah banyaknya proses atau fokusan yang kita hadapi dalam perjalanan kehidupan ini. Namun tidak pada titik tengah, titik tengan itu adalah tujuan akhir kita. Namun kita sepakati dulu, bahwa tujuan akhir itu adalah "kebahagiaan dunia akhirat" dan titik selain itu adalah segala hal yang hanya berbau dunia.

Selanjutnya kita sebagai tokoh kehidupan berdiri tepat di depan pola spiral tersebut, tepat pada titik tengah yang jadi fokusan kita, jangan yang lain.

Apabila kita memandang hanya pada titik selain titik tengan, maka pandangan kita takkan sampai pada titik tengan begitu yang lainnya. Kenapa, seingat penulis, berdasarkan hukum fisika, kalau tidak salah bab optik, mata kita apabila melihat objek satu maka hanya akan terjadi pada kondisi garis lurus. Objek yang lain sulit untuk dilihat, walaupun terlihat pasti sedikit buram.

Begitu juga pada studi kasus yang kita lakukan saat ini. Lalu bagaimana yang seharusnya kita lakukan.

Penulis berfikir seperti ini, "urusan dunia tidak penting, urusan akhirat penting, namun urusan dunia akan berubah menjadi penting apabila mendukung tujuan akhirat."

Kalo begitu, titik selain titik ditengah adalah kurang penting, titik ditengan adalah penting, namun titik selain titik di tengah akan menjadi penting apabila mendukung kita untuk fokus pada titik tengah.

Gimana bingung? Namun hukum optik berlaku, "mata hanya akan fokus pada titik yang dilihat," oleh karena itu janganlah terlalu fokus pada selain titik tengah, gunakanlah titik-titik itu justru untuk fokus pada titik tengah. Apabila justru mengganggu maka abaikan saja.

Begitu juga hidup ini janganlah terlalu fokus pada proses-proses hidup yang pada intinya justru melalaikan kita dari titik tengah (urusan akhirat). Apabila ada urusan dunia yang justu mendukung urusan akhirat, maka itulah yang patut diperjuangkan. Sebaliknya  apabila ada urusan dunia yang justru memburamkan titik tengah (urusan akhirat), maka menjauhi rasanya masih menjadi opsi yang paling tepat.

Fokus!!!! Seperti layaknya guru silat berkata, "fokuslah pada lawan!". Seperti layaknya proses hipnotis, "tataplah, tataplah!!!" Semuanya butuh fokus agar tercapai tujuan utama. Semoga kita semua diberi petunjuk agar tetap fokus pada tujuan utama dan tak dilalaikan oleh tujuan-tujuan lain yang justru memburamkan tujuan utama.

Saturday, April 30, 2016

Masalah dengan Kadarnya Masing-masing

Hidup, tempat berjalannya aktivitas kemanusiaan dengan segala modelnya. Kebahagiaan, kesedian, kejemuan, kegalauan biasanya menjadi aksesoris dalam skema hidup yang agak sulit untuk ditebak.

Kita manusia, sepertinya juga tidak diminta untuk banyak menebak apa yang besok akan terjadi, hanya saja kita diperintahkan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan tentunya kebaikan dalam definisi yang tak menyimpang dari kalam Ilahi.

Pembahasan mungkin akan terlalu lebar bila dibahas semua sub-sub skema yang terjadi di kehidupan ini. Sedikit saja pembahasan difokuskan pada peristiwa yang biasa kita sebut "masalah" yang sering terjadi pada perjalanan hidup seseorang.

Penulis bukanlah orang yang tidak punya masalah ataupun orang yang sudah selesai dengan masalahnya. Penulis juga tidak selalu menjadi sosok yang berhasil dalam menyelesaikan masalahnya. Namun disini penulis hanya ingin berbagi sedikit akan definisi masalah yang sering terjadi di kehidupan kita sebagai manusia.

Yang pertama, masalah mungkin terkesan bermakna negatif namun tak selalu dengan hakikat keberadaanya. Mungkin apabila kita diminta memberikan difinisi kasar terkait masalah, maka jawaban kita adalah hal buruk baik secara langsung maupun tidak langsung menghabat terjadinya apa-apa yang kita anggap ideal dalam hidup ini. Namun apa-apa yang kita tuju itu masih dalam tataran akal yang masih benar maupun salah.

Pernahkan kita mendapatkan sebuah kepemahaman ketika terjadinya suatu masalah yang kita anggap mengacaukan di awal lalu diakhir kita berujar, "syukur ya dulu terjadi seperti itu, mungkin apabila tidak terjadi saya akan lebih tersesat lebih jauh." Ya selalu ada makna baik yang tertunda yang Allah siapkan bagi orang yang sabar ketika mendapat masalah.

Yang kedua, masalah itu ibarat soal dalam ujian sekolah. Setiap siswa kelas satu harus menempuh ujian kenaikan menuju kelas dua dan begitu seterusnya sampai dia bisa memperoleh jenjang yang lebih tinggi lagi. Kalo belum lulus terpaksa harus membetahkan diri dengan kelas yang lama. Begitu kehidupan, kita harus menyelesaikan masalah yang tergelar dengan segala persoalannya agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Yang ketiga, saya pernah mendengar bahwa masalah akan menjadi lebih besar bila disampaikan dan akan menghilang sendirinya ketika didiamkan. Menurut saya ini merupakan kalimat yang benar pada kontek yang satu namun belum tentu pada kontek yang lain. Masalah memang bukan hal yang pantas disebarkan tanpa saringan. Seperti tak layaknya masalah ranjang diketahui kalayak ramai. Pengaduan total hanya pantas dipanjatkan pada Sang pemelihara alam namun juga tak salah kita sedikit meminta masukan pada orang yang sekiranya tak ada cacat dalam hal kepercayaan.

Yang keempat, harus kita tau bahwa semua orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri dengan kadar yang juga beraneka ragam. Kesalahan mendasar kita biasanya adalah melihat kondisi orang lain dengan kacamata yang tidak proposional. Memposisikan diri serasa yang paling menderita dan meposisikan orang lain seakan yang paling bahagia. Apakah ini adil? Sekali lagi, Allah tau yang terbaik bagi diri kita, karena tak mungkin siswa kelas satu diberi soal kelas dua ataupun sebaliknya. Semua diberi berdasarkan kadarnya namun untuk tujuan yang sama. Maka lihatlah secara proposional, walaupun kelihatan sulit untuk melakukannya.

Mungkin itu sedikit buah renungan, tetap bersabar dalam kondisi apapun. Semua yang kita terima kini adalah sebuah pemberian yang terbaik sampai waktu yang telah ditentukan. Belajar sebelum ujian, berusaha mengerkan soal sebaik mungkin, dan tak putusnya doa sepertinya menjadi opsi yang terbaik.

Thursday, April 28, 2016

Siklus Kenangan

Ada beberapa ahli sejarah berkata, katanya dalam perjalanan hidup manusia yang ada hanyalah siklus. Jaman kemajuan kemudian hancur, jaman kemajuan kemudian hancur, dan senterusnya. Benar atau tidak silahkan renungkan sendiri.

Bahkan beberapa dari kita terkadang merasakan suatu momen dimana momen tersebut pernah kita lalui, "eh, kok kayaknya saya pernah ngalamin ini ya..." dan banyak fenomena yang beragam, biasanya di antara kita momennya berbeda-beda. Istilah kerennya dan saya juga baru tau baru-baru ini, ternyata peristiwa tersebut disebut "dejavu".

Baik dejavu atau bukan terkadang membuat kesan tersendiri pada suasana hati kita. Dan biasanya yang memberikan kesan mendalam pada hati adalah siklus yang terjadi di dunia nyata.

Siklus itu bisa jadi perpisahaan, pertemuan, maupun momen-momen lain yang biasanya terjadi tidak hanya pada satu kali kesempatan.

Siklus yang sepertinya sebentar lagi juga saya hadapi bisa jadi merupakan suatu perpisahan. Dulu saya harus rela berpisah sementara dengan keluarga untuk menempuh bangku kuliah, dan hal tersebut cukup membuat saya mengeluarkan air mata pada hari pertama ditinggal ayam saya sendiri di Jogja. Dan yang sebentar lagi akan saya alami adalah perpisahan pada fase selanjutnya. Perpisahan untuk meninggalkan Jogja dengan segala kenangan di dalamnya.

Namun semua itu adalah hidup, harus dihadapi demi menggapai harapan yang lebih baik lagi.

Dan berikut ada beberapa tips, yang mungkin bisa teman lakukan apabila teman-teman menghadapi siklus pada hidup teman-teman semua, intinya agar mudah beradaptasi, baik itu perpisahan maupun pertemuan.

Jadi tips yang pertama adalah yakinkan dalam hati teman-teman semua bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik, tips yang kedua sediakan folder baru dibenak teman-teman semua baik untuk menyimpan kenangan yang ditinggalkan maupun kenangan yang akan datang, tips yang ketiga segera cari kesibukan ataupun mencari teman baru agar tak memikirkan yang sudah-sudah, dan yang terakhir jelajahi dunia baru yang teman-teman dapatkan tidak lain supaya kita sadar bahwa dunia ini luas dan menakjubkan.

Intinya dari semua penjabaran di atas adalah keep move on bro......

Wednesday, April 27, 2016

Memulai lagi

Sudah agak lama saya tak menulis kembali di blog pribadi saya ini. Mungkin sekitar satu tahun, entah lebih entah kurang saya kurang tahu pasti. Rasanya agak malas melihat waktu tenggang di arsip.

Kemarin semangat-semangatnya menulis ketika habis pulang KKN, maklum banyak rasa yang sulit dilupakan, mungkin sedikit berlebihan, namun gimana lagi itu yang terjadi, dan akhirnya saya memaklumi karena temen-teman saya yang lain juga kebanyakan seperti itu, rindu masa-masa KKN.                                                                              
Dan sekarang, sepertinya saya rindu untuk menulis kembali, menulis hal-hal yang entah penting atau tidak, yang penting saya lakukan apa yang sering disampaikan saat seminar kepenulisan, "tulis saja apa yang ada di benak Anda, apa saja, tulislah! Dan saksikan nanti Anda akan tahu sebenarnya tipe penulis seperti apakah Anda ini."

Ya sudah akhirnya kuputuskan untuk menulis lagi. Namun sebelum itu saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarkan, dikalau dalam tulisan saya kedepan banyak hal yang "kurang bermanfaat" saya mohon maaf.                                                                  
Saya juga akan mengusahakan setiap postingan saya akan saya publikasikan, minimal di google plus, hehe.                                                                                               Ya sudah, mungkin sampai sini dulu, saya harap teman-teman semua menjadi saksi, apakah saya akan istiqomah atau tidak dalam kegiatan menulis ini.                                                                
Wassalam....