Hidup, tempat berjalannya aktivitas kemanusiaan dengan segala modelnya. Kebahagiaan, kesedian, kejemuan, kegalauan biasanya menjadi aksesoris dalam skema hidup yang agak sulit untuk ditebak.
Kita manusia, sepertinya juga tidak diminta untuk banyak menebak apa yang besok akan terjadi, hanya saja kita diperintahkan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan tentunya kebaikan dalam definisi yang tak menyimpang dari kalam Ilahi.
Pembahasan mungkin akan terlalu lebar bila dibahas semua sub-sub skema yang terjadi di kehidupan ini. Sedikit saja pembahasan difokuskan pada peristiwa yang biasa kita sebut "masalah" yang sering terjadi pada perjalanan hidup seseorang.
Penulis bukanlah orang yang tidak punya masalah ataupun orang yang sudah selesai dengan masalahnya. Penulis juga tidak selalu menjadi sosok yang berhasil dalam menyelesaikan masalahnya. Namun disini penulis hanya ingin berbagi sedikit akan definisi masalah yang sering terjadi di kehidupan kita sebagai manusia.
Yang pertama, masalah mungkin terkesan bermakna negatif namun tak selalu dengan hakikat keberadaanya. Mungkin apabila kita diminta memberikan difinisi kasar terkait masalah, maka jawaban kita adalah hal buruk baik secara langsung maupun tidak langsung menghabat terjadinya apa-apa yang kita anggap ideal dalam hidup ini. Namun apa-apa yang kita tuju itu masih dalam tataran akal yang masih benar maupun salah.
Pernahkan kita mendapatkan sebuah kepemahaman ketika terjadinya suatu masalah yang kita anggap mengacaukan di awal lalu diakhir kita berujar, "syukur ya dulu terjadi seperti itu, mungkin apabila tidak terjadi saya akan lebih tersesat lebih jauh." Ya selalu ada makna baik yang tertunda yang Allah siapkan bagi orang yang sabar ketika mendapat masalah.
Yang kedua, masalah itu ibarat soal dalam ujian sekolah. Setiap siswa kelas satu harus menempuh ujian kenaikan menuju kelas dua dan begitu seterusnya sampai dia bisa memperoleh jenjang yang lebih tinggi lagi. Kalo belum lulus terpaksa harus membetahkan diri dengan kelas yang lama. Begitu kehidupan, kita harus menyelesaikan masalah yang tergelar dengan segala persoalannya agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Yang ketiga, saya pernah mendengar bahwa masalah akan menjadi lebih besar bila disampaikan dan akan menghilang sendirinya ketika didiamkan. Menurut saya ini merupakan kalimat yang benar pada kontek yang satu namun belum tentu pada kontek yang lain. Masalah memang bukan hal yang pantas disebarkan tanpa saringan. Seperti tak layaknya masalah ranjang diketahui kalayak ramai. Pengaduan total hanya pantas dipanjatkan pada Sang pemelihara alam namun juga tak salah kita sedikit meminta masukan pada orang yang sekiranya tak ada cacat dalam hal kepercayaan.
Yang keempat, harus kita tau bahwa semua orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri dengan kadar yang juga beraneka ragam. Kesalahan mendasar kita biasanya adalah melihat kondisi orang lain dengan kacamata yang tidak proposional. Memposisikan diri serasa yang paling menderita dan meposisikan orang lain seakan yang paling bahagia. Apakah ini adil? Sekali lagi, Allah tau yang terbaik bagi diri kita, karena tak mungkin siswa kelas satu diberi soal kelas dua ataupun sebaliknya. Semua diberi berdasarkan kadarnya namun untuk tujuan yang sama. Maka lihatlah secara proposional, walaupun kelihatan sulit untuk melakukannya.
Mungkin itu sedikit buah renungan, tetap bersabar dalam kondisi apapun. Semua yang kita terima kini adalah sebuah pemberian yang terbaik sampai waktu yang telah ditentukan. Belajar sebelum ujian, berusaha mengerkan soal sebaik mungkin, dan tak putusnya doa sepertinya menjadi opsi yang terbaik.