Thursday, May 22, 2014

Masa yang Tak Mau Mengerti

Waktu tak terasa terus berlalu, meninggal kita yang tak sadar bahwa waktu pasti berlalu. Waktu terkadang hanya dijadikan tanda perpindahan peristiwa. Dulu kita tertawa dan sekarang kita menangis.

Hanya kenangan yang tersisa, mengenang kembali hanya akan membuat kita menyesali akan hari itu, mengapa menyesal? Menyesal, karena semua tak disikapi sebagaimana mestinya. Ego sering kali lebih dominan di hati ini, semua dicari hanya karena pandangan manusia.
         
Namun kini, hati ini sedikit sadar, sadar bahwa waktu sudah berlalu dan yang tersisa hanya renungan. Renungan yang senantiasa menjadi pelajaran.

Mengapa hati ini terasa terasingkan, semua seakan menjauh, begitu juga hati ini, mengapa masih sibuk dengan bunga-bunga dunia. Seharusnya hati ini semakin matang, matang karena tempaan dunia.

Aku berharap semoga hati ini semakin kuat. Terus mencari arti hidup yang sebenarnya. Tak terbuai manisnya buah bibir. Semoga hati ini senantiasa kuat, kuat untuk mencari akhir yang sebenarnya. Aku akan terus berdoa, semoga selalu diberi bimbingan oleh Nya.


Sunday, May 18, 2014

Ini Jejak Ku

Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di puncak gunung, gunung merbabu yang tak jauh dari tempat ku menuntut ilmu "Magelang". 

Berjalan bersama teman seperjuangan, menikmati ciptaan Tuhan yang sunggung luar biasa

Wajah yang kusam, tak sebanding dengan hati yang cerah disinari kebenaran


Semoga gunung itu menjadi saksi kita, saksi akan eratnya ikatan kita, ikatan yang tak biasa...

Begini cara kita menikmati masa muda, masa yang kental akan kenangan


Di dalam renungan, sejenak heningkan jiwa, berfikir akan kerasnya kehidupan...

Namun ternyata masalah hidup itu sesuatu yang sangat kecil kawan, tak sebanding dengan nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Besar...


Dan kini awan ada di bawah kita, dan ketika melihat ke atas ternyata masih ada awan lagi kawan, maka pantaskah kita menyombongkan diri...

Memang benar, semuanya mengandung hikmah bagi orang yang mau berfikir.


Gunung itu pun ditancapkan dengan Kuasa Nya, dan ketika kiamat nanti gunung itu pun akan dihancurkan bagai bulu-bulu yang berterbangan. Maka pertanyaannya, bagaimana dengan kita, manusia yang sangat kecil dan lemah ini...


Semoga kita diberi petunjuk oleh Nya, menjadi insan yang senantiasa bertakwa dan pintar dalam mengambil setiap hikmah, Amin..


Friday, May 16, 2014

Bangsa Indonesia

Nasibmu dulu dan kini, selalu saja kau menjadi rebutan hati yang tamak. Menginginkan segala yang ada pada dirimu, yang indah lagi menawan. Semua sibuk mengeruk isi perut mu. Rakyatmu pun tergoda, apalagi bangsa lain yang miskin, tak hanya miskin kekayaan alamnya tapi juga moralnya.

Berjalannya waktu semakin membuatmu menderita, semua dikelola tanpa rencana, dan kini akhirnya semua merasakan yang ada, “bencana”. Masa yang lalu, ketika kau masih hijau menyejukkan, kau digunduli hanya karena kekayaan. Hutan mu digunduli hanya sekedar untuk tanaman perdagangan, pohon mu diganti tidak hanya dengan tebu tapi juga dengan kopi dan teh. Semua dilakukan demi mengumpulkan modal membunuh jiwa-jiwa yang tenang.

Tak hanya dirimu wahai bangsa ku, rakyat yang sejatinya hanya ingin hidup sejahtera, mereka dibantai, mereka dipaksa, mereka diusir, sehinga tak tersisa ketenangan dalam hati. Leher mereka dijerat oleh kerasnya pajak, rakyat yang menanam tapi mereka yang menikmati, mereka siapa? Mereka itu orang-orang yang mencari kesenangan dunia atas nama kolonialisme.

Waktu terus berjalan, mereka menikmati seluruh penderitaan. Sampailah kita pada perjuangan, yang memberikan beribu harapan. Penjajah asli pergi namun berganti penjajah dari saudara sendiri. Penjajah dari kalangan sendiri ini tak kalah kejamnya, mereka menyedot harta mu wahai bangsa ku bukan untuk kepentingan bangsa lain, tapi untuk kepentingan perut mereka dan keluarganya, rakyat yang dipimpin dibiarkan lapar tanpa apa-apa dalam rongga perutnya.

Kini bangsaku kau masing menanggung dosa lama, dosa yang diteruskan oleh rakyat mu sendiri. Mereka tak mau belajar dari pengalaman, tapi mereka mengulang dosa lama. Semoga kau diberikan kesabaran wahai bangsanku, kau harus bisa bertahan, bertahan memberikan yang terbaik bagi kami rakyatmu, jangan kau dendam kepada kami, tetaplah menjadi perantara rejeki dari Yang Maha Kuasa kepada kami.