Friday, May 16, 2014

Bangsa Indonesia

Nasibmu dulu dan kini, selalu saja kau menjadi rebutan hati yang tamak. Menginginkan segala yang ada pada dirimu, yang indah lagi menawan. Semua sibuk mengeruk isi perut mu. Rakyatmu pun tergoda, apalagi bangsa lain yang miskin, tak hanya miskin kekayaan alamnya tapi juga moralnya.

Berjalannya waktu semakin membuatmu menderita, semua dikelola tanpa rencana, dan kini akhirnya semua merasakan yang ada, “bencana”. Masa yang lalu, ketika kau masih hijau menyejukkan, kau digunduli hanya karena kekayaan. Hutan mu digunduli hanya sekedar untuk tanaman perdagangan, pohon mu diganti tidak hanya dengan tebu tapi juga dengan kopi dan teh. Semua dilakukan demi mengumpulkan modal membunuh jiwa-jiwa yang tenang.

Tak hanya dirimu wahai bangsa ku, rakyat yang sejatinya hanya ingin hidup sejahtera, mereka dibantai, mereka dipaksa, mereka diusir, sehinga tak tersisa ketenangan dalam hati. Leher mereka dijerat oleh kerasnya pajak, rakyat yang menanam tapi mereka yang menikmati, mereka siapa? Mereka itu orang-orang yang mencari kesenangan dunia atas nama kolonialisme.

Waktu terus berjalan, mereka menikmati seluruh penderitaan. Sampailah kita pada perjuangan, yang memberikan beribu harapan. Penjajah asli pergi namun berganti penjajah dari saudara sendiri. Penjajah dari kalangan sendiri ini tak kalah kejamnya, mereka menyedot harta mu wahai bangsa ku bukan untuk kepentingan bangsa lain, tapi untuk kepentingan perut mereka dan keluarganya, rakyat yang dipimpin dibiarkan lapar tanpa apa-apa dalam rongga perutnya.

Kini bangsaku kau masing menanggung dosa lama, dosa yang diteruskan oleh rakyat mu sendiri. Mereka tak mau belajar dari pengalaman, tapi mereka mengulang dosa lama. Semoga kau diberikan kesabaran wahai bangsanku, kau harus bisa bertahan, bertahan memberikan yang terbaik bagi kami rakyatmu, jangan kau dendam kepada kami, tetaplah menjadi perantara rejeki dari Yang Maha Kuasa kepada kami.


Location: Yogyakarta, Yogyakarta City, Yogyakarta, Indonesia

0 comments: