Monday, June 23, 2014

Belajar dari pengalaman

Minggu, 22 Juni 2014. Kami grup KKN Fafanlap. Menyelenggarakan pelatihan. Kebetulan tema yang akan dikaji sesuai dengan kebutuhan kita saat di tempat KKN nanti. Ya, mengajar. Kami dituntut untuk bisa mengajar, mengajar yang tak biasa, mengajar saudara kita yang ada di Papua sana.
             
Kebetulan yang mengisi saat itu adalah mas Arif Lukman, orang Brebes. Beliau memiliki pengalaman menjadi pengajar di Indonesia Mengajar bentukkan Anies Baswedan. Saat itu Beliau ditempatkan di Fak fak salah satu daerah yang berada di Papua, daerahnya tak kalah bagus tapi juga tak kalah terisolir dengan tempat kita KKn nantinya.
             
Singkat cerita, setelah MC membuka acara, memperenalkan dirinya dan pembicara. Mas Arif langsung menanyakan akan tujuan kita KKn di sana. Ada yang bingung menjawab apa, tapi ada juga yang dengan sigap menjawab dengan pasti. Ada yang menjawab, “kita di sana ingin memperbaiki pendidikannya mas,” ada juga yang menjawab, “kita ingin mengoptimalkan potensi lokal sana Mas.” Sambil memancing Mas Arif pun terus menawarkan apabila ada yang ingin menjawab lagi. Tapi ternyata hanya beberapa orang saja yang berani mengungkapkan pendapatnya, entah karena takut atau memang tak ada jawaban dalam benaknya.
             
Apapun jawabannya, Mas arif menegaskan, “bahwa kalian kesana membawa misi kemanusian. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini. Jangan sampai kalian kesana hanya sekedar foto-foto. Apabila sampai terjadi maka kalian lebih rendah dibandingkan dengan anak alay, mengapa? Karena kalian berpendidikan.” Mas arif pun menambahkan, “waktu kalian disana hanya sebentar, hanya 2 bulan, itu pun kalo tidak terpotong karena ada urusan lain.” Kami semua pun termenung memahami ungkapan seseorang yang secara bukti sudah pernah tinggal di Papua sana.
             
Mas Arif pun meneruskan materinya, Beliau menampilkan foto-foto yang membuat kami teruss berfikir sembari was-was karena kami belum pernah singgah disana sebelumnya. Memikirkan apakah program kita sesuai atau tidak dengan kebutuhan masyarakat, relevan atau tidak, dan pikiran-pikiran lain yang menuntut kita terus berusaha. Bahkan tidak hanya berusaha namun kita juga harus menautkan hati di setiap usaha tersebut.
             
Mas Arif ketika di sana fokus terkait program pendidikannya. Beliau menceritakan bahwa di sana beliau hanya mengajar berdua saja dengan murid sebanyak 100 orang dari kelas satu sampai kelas enam. Ruangan sekolah pun hanya ada dua, hal inilah yang membuat mas Arif harus berfikir tidak hanya cepat namun juga tepat. Mengingat semua murid harus terpenuhi akan kurikulum yang telah ditetapkan setiap jenjang kelasnya. Beliau mengajar dengan sistem beberapa kelas dalam satu ruang, jadi beliau mengajar beberpa kelas hanya menggunakan satu ruang dan satu waktu. Beliau menyampaikan bahwa teknik ini sangat efektif disamping murid yang lain juga bisa belajar tidak hanya pelajaran pada jenjang kelasnya namun juga dapat mepelajari pelajaran adik maupun kakak kelasnya.
             
Dalam setiap kegiatan mengajarnya disana, Mas Arif pun menceritakan bahwa terkadang beliau selalu merasa kesepian. Kesepian itu pun Beliau lampiaskan dengan menikmati pemandangan alam yang ada di depan sekolah. Sekolah tempat Mas Arif mengajar memang memilki pemandangan yang tak biasa, pemandangan yang bahkan tak dimiliki oleh sekolah termahal di Jakarta, kamu tau apa? Ya, pemandangan laut yang terhampar, pemandangan yang merayu sapa saja yang melihatnya, tak hanya memandangnya namun juga turut tenggelam dalam sejuk airnya. Namun dengan kondisi yang demikian tidak semata-mata mematahkan tekad Mas Arif, Beliau terus berjuang memperbaiki keadaan di sana, dan salah satunya adalah melalui pendidikan.
             
Mas Arif pun mengungkapkan bahwa mengajar perlu teknik dan teknik-tekik tersebut beliau dapatkan ketika menjalani pelatihan selama di Indonesia Mengajar. Dari cara menyampaikan sampai bagaimana caranya bertanya kepada seorang murid.
            
Waktu pun terus berjalan, tak terasa adzan ashar berkumandang. Mas Arif menekankan sekali lagi kepada kita supaya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. kesempatan dimana kita bisa menerapkan bidang keilmuan kita dan mengasah kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar. Catatlah semua yang terjadi disana, dekatilah masyarakat dengan baik, karena ketika kita sudah dekat dengan masyarakat, kita akan dengan mudah menjalankan segala program pengembangan masyarakat. Akhir dari tulisan ini semoga tim KKn kita bisa sukses memberikan yang terbaik bagi masyarakat fafanlap dan ini menjadi amal ibadah bagi kita semua. Terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam berjalannya KKN Fafanlap ini semoga Allah membalas dengan yang terbaik baik di dunia dan di akhirat.

Saturday, June 21, 2014

Pondok Ku


"Malam yang ramai di hati yang sepi. Sebentar lagi kita akan berpisah. Berpisah dengan meninggalkan banyak kenangan. Tawa, canda, kesal, sedih, senang, semua kan terukir dengan indah di hati ini."

"Kasurnya yang hangat, tak mengalahkan suasana di dalamnya. Selalu ku nanti ketika ku penat dengan padatnya hari. Berbaring dan melepaskan semua lelah ditubuh. Ah, pasti ku sangat merindukan mu wahai pondok ku."