Wednesday, December 10, 2014

Embun kenangan


Embun
Kau nampak begitu menyejukkan
Setetes demi setetes kau jatuh, seakan tak mau berpisah dengan ujung daun
Kini kau hanya berpindah dan akhirnya menyejukkan yang lain

Embun
Kau hadir di pagi yang dingin
Dan kau pergi dikala semua terasa hangat
Kau menguap dan entah kemana perginya

Kenangan
Kau juga nampak begitu indah
Tak sedikitpun berkurang, seakan melekat begitu dalam
Kini kau hanya berpindah dari hati ke hati yang rindu akan pertemuan

Kenangan
Kau hadir dikala perpisahan nampak begitu menyakitkan
Dan kau datang dikala ikatan hati terasa semakin hangat dan semakin berpadu
Kau semakin nyata dan entah kapan perginya

Embun
Kau menguap kemana?
Jika kau terbang kesana tolong sampaikan rasa ini
Rasa rindu yang kian menjunjung

Embun
Sampaikan juga salamku untuknya
Bilang, jangan pernah dia lupa
Karena ku juga akan selalu mengenang

Kenangan
Kau datang darimana?
 Jika kau masih saja bertahan tolong jangan siksa
Rasa mu, sungguh telah memenuhi bilik hati yang ada

Kenangan
Sampaikan semua rasa yang ada
Ingatkan semua memori akan arti perjalanan
Jaga, jangan sampai hilang dan ingatkan dikala diri lupa

Monday, December 1, 2014

Halaman Sekolah Ku Lumpur Kawan


Sekolah yang nyaman, mungkin bukan hal yang aneh bagi kita, penduduk Indonesia kelas menengah ke atas. Fasilitas sekolah yang lengkap juga tak berbeda halnya, tersedia dan mampu kita gunakan kapan saja. Apalagi Anda yang bersekolah di kota-kota besar, terutama daerah Jawa, semua itu sudah menjadi barang lumrah. Hal yang membuat kita banyak melayangkan protes, ketika hanya kurang sedikit saja dari apa yang diharapkan, tanpa pernah mau mensyukuri. Terlalu sering mendongakkan kepala, namun jarang sekali melihat kesamping, apalagi ke bawah, mungkin tak pernah.

Kesadaran yang ada mungkin kini masih kurang, tapi bukan berarti tak bisa dibentuk dalam diri kita masing-masing. Terapinya mudah, melihatlah kebawah, jika tak bisa, bolehlah melihat kesamping kiri dan kanan. Banyak saudara kita yang masing asing dengan kata bangku sekolah, tidak usah sampai kata menuntut fasilitas, sudah ada guru yang mengajar saja, mereka sudah banyak berucap syukur. Walau atapnya berupa langit, walau dindingnya berupa barisan pohon-pohon, dan walau lantai hanya berupa tanah yang terkadang berubah menjadi lumpur. Mereka selalu mencoba untuk menikmatinya.

Juli 2014, tepat awal bulan Ramadhan. Perjalanan kita lakukan, sekelompok anggota KKN PPB 01 UGM yang ingin belajar bagaimana kehidupan di tanah Papua. Tanah yang katanya indah, tanah yang katanya kaya akan sumber daya alam, dan tanah yang katanya menjadi sumber berbagai hasil tambang. Sekitar 4 jam kami lakukan perjalanan dari Yogyakarta sampai di Sorong. Sesampainya di Bandara Dominique Edward Osok, semua mulai berbeda, suhu lingkungan sekitar yang sedikit panas dan karakteristik warganya mulai menyapa kita. Tibanya malam hari, sekitar jam 01.00 malam waktu Indonesia timur, perjalanan kami lanjutkan ke kampung tempat kami melakukan Kuliah Kerja Nyata.

Singkat cerita, suasana pagi dengan pemandangan laut sudah terlihat di mana-mana, menyapa pagi kita, setelah bangun dari lelapnya malam. Sampailah kita di sebuah kampung, kampung pesisir, dimana kita akan bernaung satu bulan lamanya. Kampung Fafanlap, Misool Selatan, Raja Ampat. Tempat kami belajar menerapkan ilmu yang telah kami peroleh di bangku perkuliahan.

Alam Kampung Fafanlap sungguh indah, tak nampak adanya kendaraan, bahkan pesawat tak terlihat sibuk lalu lalang di langit. Semua itu membuat udara di kampung ini terasa sangat segar. Ditambah lagi pesona pulau-pulau kecil, menghiasi setiap lekuk indahnya tanah Papua. Lautnya pun sangat indah, banyak terdapat karang di dalamnya, semakin indah dengan banyaknya ikan yang hilir mudik untuk memamerkan corak-corak siripnya.

Terpuaskan dengan indahnya Kampung Fafanlap, ku coba berkeliling untuk melihat kondisi kampung. Entah mengapa salah satu sahabat mengajak pergi ke sebuah sekolah SMP di kampung Fafanlap ini. Berjalanlah kami, melewati kumpulan perumahan warga, dan senyum sapa pun selalu berbunga dari wajah-wajah warga yang kami jumpai.

Sampailah kami disebuah SMP, SMP N 14 Raja Ampat. Dimana jalan Tutwuri Handayani mengantarkan kami ke gerbang sekolah itu. Masuklah kami kehalamannya, yang kemudian dilanjutkan kebagian-bagian sekolah yang lain. Selama perjalanan kami di SMP tersebut, kami cukup sering mengucapkan rasa syukur. Mengapa? Karena sekolah kami dulu cukup bagus daripada SMP N 14 Raja Ampat ini. Sekolah kami memiliki banyak ruang kelas, namun sekolah disini hanya 3 ruang kelas yang bisa dipakai dari sekitar tujuh kelas yang ada. Cat sekolah kami cukup bagus dan halus, namun sekolah disini jangankan cat, bolong dinding dengan senantiasa menjadi penghias dinding dimana-mana. Sekolah kami berlantai keramik yang terkadang bisa kita gunakan sebagai cermin, namun disekolah ini, hanya beberapa yang berkeramik, itu pun keramik semen yang terkadang terkelupas disana-sini. Fasilitas sekolah kami lengkap, mau apa? Eksperimen ini dan itu semuanya bisa. Namun di sekolah ini? kau bisa menjawabnya sendiri kawan. Sekolah kami berhalaman luas, dengan indahnya bunga dimana-mana, kau bisa berlari tanpa perlu takut dengan lumpur yang akan membuat mu jatuh, tapi disini? kamu pasti iri kawan, halaman sekolahnya sangat luas, berbatas bukit-bukit, berhias indahnya tanaman bakau, dan arena bermain lumpur setiap saat bisa kami nikmati, tanpa perduli baju ini menjadi kotor.

Terserah mau menganggap ungkapan saya diatas seperti apa. Pastinya ini hanya kiasan yang mungkin sarat sindiran. Negeri ini sungguh kaya, apa yang kau mau semuanya ada. Seharusnya kau bisa makan tanpa perlu khawatir dengan tidak adanya uang dan seharusnya kau bisa bersekolah tanpa perlu khawatir dengan adanya biaya. Dilema, mungkin itu kata yang pantas mewakili semuanya. Daerah yang kaya akan sumber daya alam tak akan menjamin adanya kesejahteraan di dalamnya.

Mungkin negeri ini terlalu luas, sehingga tak seharusnya kita berpangku tangan dan menyerangkan semua urusan kepada pemerintah. Sepatutnya kita bergandengan tangan, bersatu padu untuk meningkatan kualitas pendidikan di negeri kita ini. Anak-anak akan bersekolah dengan tenang tanpa perlu takut bukunya akan basah karena terkena air dari atas atap, anak-anak akan berfikir dengan jernih tanpa perlu takut tubuhnya akan tertimpa dinding atau atap, dan anak-anak akan bersekolah dengan nyaman tanpa perlu merasa kedinginan karena udara yang masuk melalui lubang di dinding. Sehingga cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan segera tercapai. Ketercapaian tersebut bukan hanya berdasarkan parameter kelompok atau tingkat ekonomi tertentu, melainkan seluruh warga negara Indonesia, dimana pun berada dan dalam kondisi apapun.