Thursday, April 17, 2014

Semangat Menuju Surga

Siang ini ku masih duduk, mencoba menyelesaikan tantangan yang sedang aku hadapi. Tapi rasanya butuh rehat sembari membuat catatan ini. Sedikit merenung, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat dan pembelajaran bagi kita semua. Di mulai dari terbitnya matahari, ku bersegera menghadap yang Maha Kuasa, walau jiwa ini terkadang masih terjerat dengan lantunan yang melenakan. Tapi ku segera bangkit meninggalkan segala bisikan hati yang mengajak hanya pada dunia.

Waktu pun bergulir, waktunya Aku dan beberapa teman, yang senantiasa mencari ilmu untuk menghadiri kajian. Kebetulan yang mengisi waktu itu adalah Ustad Siswo. Beliau menerangkan kita akan hakikat dunia. Diawali dengan pembahasan terkait pemilu kemarin, dimana perbandingan antara yang mendaftar caleg dan yang diterima cukup besar. Besarnya caleg yang tidak diterima kemungkinan akan mengulangi fenomena yang terjadi pada Pemilu tahun lalu, yaitu banyak caleg yang stress karena gagal dalam kompetisi memperoleh bangku jabatan di legislatif sana.

Pembahasan pun terus berlanjut, beliau menyampaikan perihal kenapa banyak para calon caleg yang stress, itu semua disebabkan karena mereka saling sibuk berebut kekuasaan. Kekuasaan itu pun nantinya apabila mereka memperolehnya bukan untuk kebaikan tapi hanya untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja. Beliau pun menggolonggakan orang yang mencari amanah. Orang yang mencari amanah untuk ketamakan pribadi dan kaumnya itulah yang salah, sedangkan yang mencari amanah untuk kepentingan agama maka itulah yang dibolehkan.


Beliau juga menyampaikan bahwa banyak fenomena saat ini yang menggambarkan terkait cintanya seseorang akan dunia yang berlebihan. Tidak hanya di kaum awam, bahkan sampai pada para ustad yang senantiasa berdakwah ke sana ke mari. Contoh caleg sudah saya paparkan di atas, sekarang contoh para Ustad. Pertama, sekarang kita bisa lihat banyak diadakannya shalawatan, yang salah bukan terkait salawatannya, tetapi ketika prosesi penyelenggaraannya didapati menggunakan dana yang seharusnya banyak manfaatnya ketika tidak hanya digunakan untuk shalawatan. Terkadang pada proses shalawatan tersebut sampai larut malah. Selain itu dari pihak ustadnya biasanya memasang tariff, yang lumayan besar. Baru beberapa waktu juga ada Ustad yang melakukan pengobatan alternatif, dimana dalam proses pengobatan tersebut, Ustad tersebut juga memasang tarif yang cukup besar. Beliau menyampaikan hal inilah yang justru akan menjelekkan Islam, dimana Ustad-Ustad itu sekarang berbondong-bondong mengejar dunia dan akhirat mereka tinggalkan.

Beliau juga menyampaikan, bahwa Rasulullah pernah berpesan pada Thalhah, yang lebih kurang isi hadinya seperti ini, “ Wahai Thalhal, apakah yang sedang kamu makan? Tanya Rasul, “daging dan susu wahai Rasul,” jawab Thalhah. “Tahukah Kau nantinya itu akan menjadi apa?” Rasul menanyakan kembali. Jadi kotoran wahai Rasul. Demikianlah dunia itu ibarat kotoran tersebut sama sekali tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan akhirat.

Beliau juga menyampaikan bahwa setiap sesuatu yang kita nikmati di dunia ini akan diminta pertanggungjawabannya, mulai dari makanan yang kita makan sampai kekayaan yang kita peroleh. Maka beruntunglah orang yang miskin ketika hidup di dunia sehingga nanti dia ketika di akhirat dia akan lebih cepat hisapnya dibandingkan dengan orang yang mendapatkan kekayaan yang banyak ketika didunia.

Tambahnya lagi, kecintaan akan akhirat sudah dicontohkan oleh para sahabat, dimana mereka saling berlomba untuk syahid ketika berjuang dengan Rasul. Sehingga tidak aneh bahwa seorang muslim dapat mengalahkan sepuluh orang kafir. Mereka menerjang bagaikan singa yang mencari akhirat. Sedangkan lawan mereka berperang untuk bertahan hidup dan kembali untuk menemui istri dan anak mereka. Mungkin ini hasil review, kajian yang saya peroleh. Semoga bermanfaat, terutama bagi saya dan saudara sekalian. Semoga hati ini senantiasa dipenuhi dengan kerinduan syahid menuju keridoan Allah, sehingga hidup kita selalu senang dan optimas, tidak resah dan gundah gulana, karena akhirat itu pasti adanya.
Location: Yogyakarta, Yogyakarta City, Yogyakarta, Indonesia

0 comments: