Rindu, sempat ku merasakan rindu
kepada engkau wahai sahabat. Kini tak setiap saat kita berjalan bersama. Kita semua
disibukkan dengan apa yang ada di hadapan kita. Terkadang rinduku kepada mu
membuat ku iri, ketika kau lebih memilih tuk bersama mereka. Serasa ku sendiri dan
kau tak memperhatikan. Semua kan ku jalani sebagaimana mestinya, ku kan lakukan
yang terbaik yang ku bisa walau tanpa kau.
Ku
tau, rindu kepada dunia adalah sebuah kepalsuan. Ku juga tau, bahwa kau juga
adalah bagian dari dunia itu. Maka apabila ku merindukanmu dari sisi dunia maka
itu adalah kesia-siaan yang nyata, akan tetapi bila ku merindukanmu karena Nya
maka itu adalah sesuatu yang abadi. Dunia itulah yang seringkali melenakanku.
Semua
terasa akan meninggalkan diri ini. Tak mengapa, pasti Dia selalu mengawasi ku. Selalu
menyayangi dan memberiku yang terbaik. Terasa semua mengacuhkan ku. Tak mengapa,
pasti Dia selalu menunjukkan ku jalan yang terbaik. Tapi mengapa hati ini
selalu terasa kering, mengapa hati ini selalu terasa sepi. Padahal aku yakin.
Akhirnya
ku tau jawabannya, keyakinan ini hanya di bibir, tak sampai ke dalam dada. Semua
di jalankan hanya berdasarkan rutinitas, sedangkan hati tak ikut bertaut. Semuanya
dilakukan hanya menginginkan pandangan makhluk, padahal makhluk itu juga
berharap kepada Nya. Maka tak pantaslah bila rindu ini ditujukan ke makhluk,
semua harus tertuju padanya. Walaupun kita mencintai makhluk, niatkanlah itu
untuk memperoleh cintaNya. Ketika kita merindukan makhluk, niatkanlah untuk
memperoleh rinduNya.
0 comments:
Post a Comment