"Wahai ayahku" |
Malam ini,
tepatnya Rabu, 21 September 2014. Malam yang berjalan seperti biasanya. Sendiri
di sudut kamar, bertemankan suara desiran kipas laptop yang tampak semakin kencang
karena umurnya yang semakin tua. Tampak mata memerah, terhanyut dalam lamunan.
Pastinya bukan lamunan kosong. Lamunan penghayatan akan kisah yang sedang
disaksikan.
Layar
laptopku masih setia menemani. Film yang mungkin tergolong lawas masih terputar
apik di sana. Ya mungkin tidak terlalu lawas, namun mengingat banyaknya
produksi film saat ini membuat film yang baru saja diputar sudah nampak jadul
ketika film yang lainnya mulai bermunculan.
Tampan Tailor,
sebuah film yang sarat makna, tak sesederhana judulnya. Film yang dibintangi
Vino G. Bastian ini menceritakan tentang sosok ayah yang berjuang merawat buah
hatinya, semenjak kematian istrinya karena kanker. Rumah dan gerai tempat Topan,
nama Vino dalam film tersebut, bekerja sebagai penjahit juga harus rela untuk
dijual demi biaya pengobatan sang istri. Tak hanya merawat, Topan juga
mempunyai cita-cita besar yaitu mewujudkan mimpi istrinya agar Bintang, anak
Topan, menjadi orang yang sukses dan terpelajar.
Saya tak mau
bercerita banyak akan alur film ini. Perjalanan pahit, manis, dan kombinasi
keduanya berjalan begitu indah dalam perjalanan hidup Topan. Ketegarannya dan
ketabahanya menggambarkan ayah yang tidak biasa, namun ayah yang luar biasa. Tak
terasa semua terus mengalir sampai cerita indah mengakhiri kisah mereka.
Jadi teringat
ayah di rumah. Bekerja sekuat tenaga untuk kita anaknya. Lelah tubuh, jiwa
sungguh tak nampak dihadapan kita. Mereka bekerja dengan hati. Semua mereka
jalani untuk kebahagian kita. Senyum kita ketika dia pulang, sudah menjadi obat
yang sangat ampuh untuk menghilangkan semua penat. Sungguh aku bangga padamu
ayah.
Maafkan anakmu ini
yang terkadang sering membangkan, jarang mendengar nasihat, dan bahkan sering
berkata tidak pantas. Doakan kami agar menjadi anak yang dapat membahagiakanmu.
Membahagiakan dunia dan akhiratmu. Iringi setiap langkah kami dengan lembutnya
doamu. Sekali lagi maafkan kami dan doakan kami, wahai ayahku.
0 comments:
Post a Comment