Siang ini ku
masih duduk, mencoba menyelesaikan tantangan yang sedang aku hadapi. Tapi rasanya
butuh rehat sembari membuat catatan ini. Sedikit merenung, semoga tulisan ini
bisa menjadi pengingat dan pembelajaran bagi kita semua. Di mulai dari
terbitnya matahari, ku bersegera menghadap yang Maha Kuasa, walau jiwa ini
terkadang masih terjerat dengan lantunan yang melenakan. Tapi ku segera bangkit
meninggalkan segala bisikan hati yang mengajak hanya pada dunia.
Waktu
pun bergulir, waktunya Aku dan beberapa teman, yang senantiasa mencari ilmu
untuk menghadiri kajian. Kebetulan yang mengisi waktu itu adalah Ustad Siswo. Beliau
menerangkan kita akan hakikat dunia. Diawali dengan pembahasan terkait pemilu
kemarin, dimana perbandingan antara yang mendaftar caleg dan yang diterima
cukup besar. Besarnya caleg yang tidak diterima kemungkinan akan mengulangi
fenomena yang terjadi pada Pemilu tahun lalu, yaitu banyak caleg yang stress
karena gagal dalam kompetisi memperoleh bangku jabatan di legislatif sana.
Pembahasan
pun terus berlanjut, beliau menyampaikan perihal kenapa banyak para calon caleg
yang stress, itu semua disebabkan karena mereka saling sibuk berebut kekuasaan.
Kekuasaan itu pun nantinya apabila mereka memperolehnya bukan untuk kebaikan
tapi hanya untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja. Beliau pun
menggolonggakan orang yang mencari amanah. Orang yang mencari amanah untuk
ketamakan pribadi dan kaumnya itulah yang salah, sedangkan yang mencari amanah
untuk kepentingan agama maka itulah yang dibolehkan.
Beliau
juga menyampaikan bahwa banyak fenomena saat ini yang menggambarkan terkait
cintanya seseorang akan dunia yang berlebihan. Tidak hanya di kaum awam, bahkan
sampai pada para ustad yang senantiasa berdakwah ke sana ke mari. Contoh caleg
sudah saya paparkan di atas, sekarang contoh para Ustad. Pertama, sekarang kita
bisa lihat banyak diadakannya shalawatan, yang salah bukan terkait
salawatannya, tetapi ketika prosesi penyelenggaraannya didapati menggunakan
dana yang seharusnya banyak manfaatnya ketika tidak hanya digunakan untuk
shalawatan. Terkadang pada proses shalawatan tersebut sampai larut malah. Selain
itu dari pihak ustadnya biasanya memasang tariff, yang lumayan besar. Baru beberapa
waktu juga ada Ustad yang melakukan pengobatan alternatif, dimana dalam proses
pengobatan tersebut, Ustad tersebut juga memasang tarif yang cukup besar. Beliau
menyampaikan hal inilah yang justru akan menjelekkan Islam, dimana Ustad-Ustad
itu sekarang berbondong-bondong mengejar dunia dan akhirat mereka tinggalkan.
Beliau
juga menyampaikan, bahwa Rasulullah pernah berpesan pada Thalhah, yang lebih
kurang isi hadinya seperti ini, “ Wahai Thalhal, apakah yang sedang kamu makan?
Tanya Rasul, “daging dan susu wahai Rasul,” jawab Thalhah. “Tahukah Kau
nantinya itu akan menjadi apa?” Rasul menanyakan kembali. Jadi kotoran wahai
Rasul. Demikianlah dunia itu ibarat kotoran tersebut sama sekali tidak ada
nilainya bila dibandingkan dengan akhirat.
Beliau
juga menyampaikan bahwa setiap sesuatu yang kita nikmati di dunia ini akan
diminta pertanggungjawabannya, mulai dari makanan yang kita makan sampai
kekayaan yang kita peroleh. Maka beruntunglah orang yang miskin ketika hidup di
dunia sehingga nanti dia ketika di akhirat dia akan lebih cepat hisapnya
dibandingkan dengan orang yang mendapatkan kekayaan yang banyak ketika didunia.
Tambahnya
lagi, kecintaan akan akhirat sudah dicontohkan oleh para sahabat, dimana mereka
saling berlomba untuk syahid ketika berjuang dengan Rasul. Sehingga tidak aneh
bahwa seorang muslim dapat mengalahkan sepuluh orang kafir. Mereka menerjang
bagaikan singa yang mencari akhirat. Sedangkan lawan mereka berperang untuk
bertahan hidup dan kembali untuk menemui istri dan anak mereka. Mungkin ini
hasil review, kajian yang saya peroleh. Semoga bermanfaat, terutama bagi saya
dan saudara sekalian. Semoga hati ini senantiasa dipenuhi dengan kerinduan
syahid menuju keridoan Allah, sehingga hidup kita selalu senang dan optimas,
tidak resah dan gundah gulana, karena akhirat itu pasti adanya.