Wednesday, September 24, 2014

Ternak Fafanlap yang Ingin Dimengerti


"Ternak Kampung Fafanlap yang ingin dimengerti"
Fafanlap adalah sembuah kampung yang berada di Distrik Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat. Sebuah tempat yang dominan akan pulau-pulau. Hanya lautlah yang dapat dijadikan jalur mobilitas masyarakat. Mobil dan motor terasa tidak berguna di sini. Demografi daerah Misool yang unik juga menyebabkan tidak semua potensi alam dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Mayoritas penduduk Fafanlap bekerja sebagai nelayan dan sebagai buruh di perusahaan mutiara. Selain bekerja sebagai nelayan dan buruh di perusahaan mutiara, ada juga yang bekerja sebagai pengrajin rotan. Rotan tersebut dibuat menjadi aneka properti rumah tangga seperti bangku, meja, lemari dan lain sebagainya. Beberapa keluarga juga ada yang mencari tambahan penghasilan dari berjualan kue. Kue tersebut banyak macamnya dan dijual dengan cara berkeliling di Kampung Fafanlap. Ada juga keluarga yang bekerja sebagai penganyam daun tikar, daun tikar tersebut selain dibuat tikar juga bisa dibuat menjadi topi yang tak kalah bagusnya.

Kegiatan pertanian yang masih digeluti oleh warga Fafanlap adalah kegiatan berkebun. Masyarakat memiliki kebun yang tersebar di bukit, yang terletak di belakang kampung. Dari beberapa jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat tersebut,  yang paling menjanjikan adalah sebagai nelayan. Mengingat Kampung Fafanlap termasuk daerah yang kaya akan tabungan ikannya. Ikan yang ditangkap oleh warga Fafanlap merupakan ikan yang memiki nilai ekspor tinggi. Maka tak heran di sana sering dimasuki oleh kapal-kapal yang akan membeli ikan.

Jenis kegiatan usaha lainnya selain sebagai nelayan adalah sebagai pekerja di perusahaan mutiara. Di perusahaan mutiara ini beberapa warga Fafanlap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, walaupun penghasilnya masih kalah jika dibandingkan sebagai nelayan. Namun menjadi pekerja di perusahaan mutira cenderung memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan menjadi nelayan, karena tak perlu memikirkan datangnya angin selatan yang menjadi momok menakutkan bagi nelayan. Datangnya angin selatan menyebabkan ombak menjadi besar dan juga menyebabkan ikan sulit untuk ditangkap.

Pengrajin rotan juga merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan untuk wilayah Misool. Mengingat banyak terdapat resort yang sering memesan berbagai kerajinan rotan untuk memperhias resort-resort di sana. Menjanjikannya peluang ini, tak lantas membuat banyaknya pengrajin rotan yang ada. Pengrajin rotan di sana hanya beberapa orang saja, seperti Pak Indra dan Pak Zufri. Hal itu terjadi biasanya dikarenakan kurangnya modal atau dikarenakan susahnya mendapatkan bahan baku. Keadaan pengrajin daun tikar hampir sama dengan pengrajin rotan, hanya saja pengrajin daun tikar sering terkendala masalah penjualan yang sulit. Penjualan hasil kerajinan tikar yang sulit dikarenakan daerah Fafanlap merupakan daerah kepulaan yang sebagian besar daerahnya merupakan laut.

Sedangkan usaha berjualan kue biasanya dilakukan sebagai sambilan saja. Diawali dengan pembuatan kue dengan berbagai macam jenis dan anak-anaklah yang akan menjualnya dengan cara berkeliling kampung. Terkadang proses penjualan itu dilakukan sembari sekolah, bermain, dan ketika ada acara tertentu di Kampung Fafanlap. Hal ini sangatlah penting dalam pembentukan mental anak-anak, agar kelak dia menjadi pengusaha yang ulung. Apabila dicermati, anak-anak yang berjualan merupakan anak-anak keturunan suku bugis, suku yang terkenal akan mental jual belinya.

Beda lagi dengan kegiatan pertanian yang banyak dilakukan oleh warga Fafanlap. Kegiatan pertanian yang dilakukan di sana biasanya mengandalkan tanaman jangka panjang. Mereka menanam tanaman yang dapat ditinggal dalam waktu lama seperti kelapa, pala, cengkeh, melinjo dan lain sebagainya. Walaupun beberapa warga juga ada yang menanam tanaman jangka pendek seperti cabai dan tanaman sayur. Masalah mendasar yang dialami warga Fafanlap terkait kegiatan pertanian adalah belum pahamnya masyarakat akan cara perawatan tanaman yang baik, terutama terkait pembasmian hama. Hal ini lebih diperparah lagi dengan susahnya mencari bahan-bahan yang digunakan dalam pembasmian hama tersebut. Warga perlu pergi jauh ke Sorong untuk mendapatkan segala macam bahan yang diperlukan dalam kegiatan pertanian.

Dari semua jenis kegiatan usaha di Kampung Fafanlap, ada yang unik di sini. Ada kegiatan usaha masyarakat yang dianggap menimbulkan masalah bagi kegiatan usaha yang lain. Kegiatan itu adalah bidang peternakan. Mengapa bidang peternakan dianggap sebagai masalah di sana? Sebenarnya bukan ternaknya yang salah, namun masyarakat sekitar yang tidak mau melakukan managemen ternak dengan baik.

Awal cerita terkait masalah peternakan ini adalah banyaknya sapi yang merusak pertanian warga. Sapi ini bukan sapi liar, akan tetapi sapi peliharan warga yang sudah tidak lagi dirawat. Sapi-sapi itu dulu merupakan bantuan dari pemerintah daerah sekitar, diberikan hanya ke beberapa kelompok petani. Namun akhirnya dilepaskan ke hutan dikarenakan ketidaktelatenan masyarakat dalam memeliharanya. Sehingga sekarang sapi-sapi itu menjadi liar dan malah menjadi hama bagi pertanian penduduk.

Sapi-sapi yang dilepas kehutan merupakan sapi bali. Salah satu spesies plasma nutfah yang terkenal di Indonesia. Bagusnya lagi sapi ini merupakan sapi yang perbandingan jumlah dagingnya lebih besar daripada tulangnya. Hal ini membuat sebagian peternak memilih sapi bali sebagai peliharaan dibandingkan sapi lainnya. Selain sistem pemeliharaan yang mudah yaitu dengan di lepas di ladang pengembalaan, sapi bali juga sangat bagus dalam hal reproduksi. Sungguh sangat sanyang, sapi dengan kualitas bagus tersebut tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat Fafanlap. Sekarang sapi-sapi itu sudah berjumlah sekitar 150 ekor dan tidak jelas lagi kepemilikannya, siapa yang dapat menjeratnya maka itulah pemiliknya. Sistem kepemilikan yang seperti itu sangat rentan menimbulakan konflik di antara warga masyarakat. Ternak itu sekarang sudah semakin liar dan buas, mereka bisa menghancurkan ladang pertanian masyarakat kapanpun mereka mau.

Sebenarnya kondisi demografi yang unik di Kampung Fafanlap terkait sistem pengembalaan ternak bisa diatasi. Perbukitan di belakang Kampung yang dibatasi oleh sungai dan laut bisa menjadi alat pembatas alami yang menyebabkan sapi tidak bisa pergi kemana-mana. Dia hanya bisa berkeliling di daerah itu untuk mencari makan. Terkait ancamannya terhadap daerah pertanian masyarakat, seharusnya masyarakat tidak membuat pembatas hanya untuk kebunya sendiri melainkan mereka harus serentak membuat pembatan agar sapi tidak masuk ke semua lahan pertanian masyarakat.

Pembatas itu dapat berupa parit buatan yang dialiri air atau tidak, yang harus dipastikan adalah sapi tidak bisa melaluinya. Memang kegiatan pembuatan parit pembatas bukanlah hal yang mudah, selain itu bukit yang berada dibelakang kampung lahan yang rata. Namun hal ini perlu dicoba, mengingat masalah yang terus terjadi. Pembatas lainnya yang dapat digunakan dalam menghadang ternak adalah pagar beraliran listrik. Cara ini juga cukup efektif, namun kendalanya adalah listrik di kampung Fafanlap yang kurang bisa diharapkan. Sumber listrik di sini hanya berasal dari genset dan hanya bisa digunakan pada waktu-waktu tertentu saja. Selain itu masyarakat pati akan memprioritaskan listrik untuk pencahayaan rumah dibandingkan untuk sekedar mengaliri pagar.

Apapun caranya, yang pasti masyarakat harus mengambil tindakan. Apabila sapi itu sudah bisa teratasi, maka hal itu justru akan sangat menguntungkan bagi masyarakat. Selain lahan pertanian yang aman dari kerusakan. Masyarakat juga dapat mengelola peternakan sapi balinya dengan baik dengan cara digembalakan secara bebas di alam. Peternak tak perlu sulit menyediakan pakan karena semua telah tersedia di bukit, dibelakang kampung. Pertanian dan peternakan bisa berjalan sekaligus, tanpa perlu takut ada gangguan dari kegiatan usaha yang lain.

Pembahasan sebelumnya terkait sapi, dan sekarang kita membahas jenis ternak lainnya yang berada di Kampung Fafanlap. Jenis hewan ternak lainyaitu adalah kambing. Keberadaan kambing di Kampung Fafanlap hampir tak beda keadaannya dengan sapi. Kambing di sini selain menjadi tambahan penghasilan, juga menjadi tambahan masalah. Kambing berkeliaran kesana kemari, memakan semua yang ada, tidak hanya rumput namun juga segala tanaman yang ada di depan rumah warga. Kambing di desa Fafanlap ini semakin aneh karena terbiasa memakan makanan yang tidak lazim bagi seekor kambing seperti ikan dan bahan makanan lain.

Kambing yang berkeliaran, terkadang menyebarkan kotoran ke semua bagian kampung dan yang paling mengesalkan warga adalah ketikan kotoran itu berada di depan teras rumahnya. Sebenarnya ini semua bukan salah kambingnya, sama halnya dengan permasalahan sapi. Semua ini terjadi karena masyarakat tidak mau memelihara ternak sebagaimana mestinya. Ternak kambing di sini memang jelas siapa pemiliknya, namun mereka tidak mau membuat sistem perkandangan yang baik. Ternak hanya dibuatkan tempat bernaung, ketika pagi datang kambing dibiarkan pergi kemana saja dan pada sore harinya dibiarkan pulang kapan saja. Kambing tersebut dibiarkan mandiri, mencari makanan sesuka hati.

Selain ternak sapi dan kambing ada juga ayam kampung yang dipelihara oleh masyarakat Kampung Fafanlap. Keadaan ternak unggas memang lebih menjanjikan bila dibandingkan saudaranya sapi dan kambing. Ternak ayam kampung disini sudah bisa memberikan masukkan bagi warga yang memeliharanya, walaupun sistem pemeliharaan yang dilakukan hanya sebatas lingkup rumah tangga dan jumlahnya pun tidak begitu banyak. Kendala yang sering dihadapi oleh masyarakat terkait terkait ternak ayam adalah iklim pesisir yang terkadang tidak cocok bagi kesehatan ayam. Mengingat uap air garam lebih panas apabila dibandingkan uap air sungai. Selain itu kendala beternak ayam kampung di sana adalah banyaknya musang berambut manusia. Masyarakat sering mengeluh karena kehilangan ayam kampungnya, bukan karena dimakan hewan buas melainkan diambil oleh tangan yang tidak bertanggung jawab.

Salah ternaknya kah? Atau salah peternaknya? Kita semua bisa menilai dari diri kita masing-masing. Dalam ilmu ekonomi sesuatu yang tadinya bermanfaat dan setelah itu berkembang dan tidak dilakukan managemen dengan baik, maka bisa menjadi permasalahan baru bagi sang empunya. Potensi peternakan di Kampung Fafanlap memang luar biasa, walaupun masih kalah dengan potensi perikanan, setidaknya bidang peternakan ini harus terus dikembangkan mengingat manusia memerlukan variasi bahan pangan sumber protein, tidak hanya dari ikan namun juga protein yang bersumber dari hewan ternak.
Location: Yogyakarta, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia

0 comments: